Minggu, 10 Oktober 2010

Pengembangan Pembelajaran


Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran sejarah menggunakan pendekatan multikultural melalui modul dengan materi sejarah dan budaya lokal pada siswa SMA di Masohi kabupaten Maluku Tengah. Penelitian ini menggunakan model Instructional Development Institute (IDI) yang terdiri dari tiga langkah besar yaitu (1) mengidentifikasi, pengembangan dan evaluasi.  Pengumpulan data pada penelitian ini secara kualitatif menggunakan angket dan wawancara
Hasil temuan menujukkan bahwa pembelajaran sejarah pada siswa SMA kelas XI jurusan IPS dengan metode caramah, diskusi dan tanya jawab menggunakan buku paket tidak efektif, siswa mengalami kejenuhan, dari hasil pengembangan modul yang menggunakan pendekatan multikultural menghasilkan proses pembelajaran sejarah lebih efektif. Desain Modul tersebut memanfaatkan berbagai referensi yang ada di lembaga kebudayaan Maluku. Selain itu modul tersebut juga memanfaatkan fasilitas sekolah. Merubah sistem pembelajaran dari proses pembelajaran pasif menjadi aktif, kreatif, diukur dari adanya peningkatan hasil pembelajaran sejarah.
Kesimpulan dalam penelitian ini menunjukan adanya peningkatan kemampuan mengemukakan pendapat siswa terhadap materi pembelajaran, perubahan sikap dan perilaku dalam etika bergaul, maupun kemampuan berkomunikasi dan adaptasi lintas budaya.  Nilai dan norma budaya dijadikan sebagai sumber ketahanan bagi perkembangan pembangunan di Maluku. Perlu adanya pelatihan khusus bagi guru sejarah terhadap desain model pembelajaran

Sabtu, 02 Oktober 2010

Filsafat Pendidikan

A.   Fenomana Pendidikan
Supaya pendidikan bagian dari hidup kita sehari-hari, pengertian pendidikan jangan yang sulit, tetpi yang sesuai dengan pergaulan hidup kita sehari-hari.  Kalau pendidikan diartikan membantu mendewasakan anak, terbayang nbantuan apa yang harus diberikan kepada anak.  Bila bantuan itu memerlukan orang lain, pendidikan terbayang kompleks, bila dilakukan seorang diri, melaikan dilakukan secara kolaboratif kolegial atau kooperatif.  Kalau pendidikan adalah transfer pengetahuan atau pepristiwa nilai-nilai/norma, terbayang bagi semua orang akan sulit mentransfer pengetahuan kepada anak didik.  Dengan demikian pendidikan harus dilakukan oleh orang yang terdidik, baahkan harus lulus sekolah (guru).  Pendidikan tidak bias dilakukan oleh orang biasa (tidak bersekolah).
Kalau pendidikan diartikan pelatihan atau membiasakan anak didik, setiap saat kita harus memberikan contoh yang menganjurkannya agar contoh itu dilakukan pengulangan terus-menerus.  Kalau pendidikan hendak dijadikan bagian dari kehidupan sehari-hari diparlukan pengertian pendidikan yang liputannya menyangkut segala bidang kehidupan.  Setidaknya, pendidikan memberikan pengalamn khusus (bermakna).  Pengalaman pendidikan menorehkan/memberikan kesan  di hati karena terangsang oleh kegiatan/gejala yang terjadi disekelilingnya.  Yang teransang tersebut, terutama hati, yang sebenarnya tidak hanya hati, melainka juga perasaan, pemikiran, sikap, keinginan, kepercayaan pengetahuan/akal, ingatan, badan, psikis dan lain-lain.